BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latara
Belakang
Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno terletak pada
jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina.
Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan pengaruh yang
sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Kehadiran orang India di
kepulauan Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan di
berbagai bidang di wilayah Indonesia.
Hal itu terjadi melalui proses akulturasi
kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu
dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa
menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama.
Oleh
sebab itu dalam makalah ini kami akan memberi penjelasan yang lebih mendetail
lagi mengenai hal-hal tersebut di atas .
Dalam makalah ini kami selaku penyusun akan memberikan penjelasan lebih mendalam
lagi mengenai perkembangan kebudayan
kebudayan bacson, hoa-bihn, dongson dan india yang telah mempengaruhi
kebudayaan asli dari indonesia sendiri.
Itulah
hal yang melatar belakangi kami membuat makalah ini.
1.2
Rumusan
Masalah
Dalam
perkembangan kebudayan-kebudayaan itu, timbullah beberapa rumusan masalah yang
diantaranya:
1.
Bagaimana
proses masuknya kebudayaan bacson, hoa-binh, dongson, dan india ke indonesia?
2.
Apa
saja contoh-contoh kebudayaan bacson, hoa-binh, dongson, dan india yang ada di
Indonesia?
3.
Sudah
berapa lama kebudayaan bacson, hoa-binh, dongson, dan india berada di
Indonesia?
4.
Bagaimana
proses persebaran kebudayan bacson, hoa-binh, dongson, dan india di
daerah-derah yang ada di indonesia?
5.
Bagaimana
pengaruh kebudayaan bacson, hoa-binh, dongson, dan india terhadap kebudayaan
asli Indonesia?
1.3
Batasan
Masalah
Sehubungan dengan sediktnya materi yang
kami miliki mengenai kubudayaan bacson, hoa-binh, dongson, dan india , Kami
memberi batasan pada makalah ini. Kami hanya akan menjelaskan
kebudayan-kebudayaan bacson, hoa-binh, dongson, dan india yang ada di daerah
indonesia saja
BAB
II
ISI
Masuknya
kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam
kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu Kebudayaan
Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh, dan Kebudayaan India.
Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di
daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan
Sungai Merah, sedang masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian Salatan. Ada
pada tahun 40.000 SM- 500 SM. Kebudayaan tersebut berasal dari zaman
Pleistosein akhir. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung
antara 2000 SM-300 SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis
kebudayaan Megalithikum (batu besar), Mesolitikum (batu madya),Neolithikum
(batu halus), dan kebudayaan Perunggu. Terdapat 2 jalur penyebaran kebudayaan
tersebut:
1. Jalur barat, dengan
peninggalan berupa kapak persegi
2. Jalur Timur, dengan
ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Pada zaman perunggu, kapak
lonjong ditemukan di Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.
A. BUDAYA BACSON-HOABINH
§ Diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM,
kira-kira tahun 7000 SM.
§
Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari gerabah yang
sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM mengalami
dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat
pemotong. Bentuknya ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang
berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari
berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia
yang dikuburkan dalam posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah.
§
Ditemukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah Vietnam
bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh.
§
Istilah Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk menunjukkan tempat
pembuatan alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkas pada satu/ dua sisi
permukaannya. Batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan dan seringkali
seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam. Ditemukan di seluruh wilayah Asia
Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga propinsi-propinsi
Selatan, antara 1800 dan 3000 tahun yang lalu.
§ Di
Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di daerah
Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di Sumatera letaknya di daerah
Lhokseumawe dan Medan.
§
Penyelidikan tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak Pendek membawa kita
melihat daerah Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusat kebudayaan Prasejarah
di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh yang letaknya saling berdekatan.
§
Alat-alat yang ditemukan di daerah tersebut menunjukkan kebudayaan Mesolitikum.
Dimana kapak-kapak tersebut dikerjakan secara kasar. Terdapat pula kapak yang
sudah diasah tajam, hal ini menunjukkan kebudayaan Proto Neolitikum. Diantara
kapak tersebut terdapat jenis pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek.
§ Mme
Madeline Colani, seorang ahli prasejarah Perancis menyebutkan/ memberi nama
alat-alat tersebut sebagai kebudayaan Bacson-Hoabinh. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa Tonkin merupakan pusat kebudayaan Asia Tenggara.
Dari daerah tersebut kebudayaan ini sampai ke Indonesia melalui Semenanjung
Malaya (Malaysia Barat) dan Thailand.
§ Di
Tonkin tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua
Melanosoid dan Europaeide. Selain
itu ada jenis Mongoloid dan australoid
1. Bangsa Papua Melanosoid, merupakan bangsa yang
daerah penyebarannya paling luas, meliputi Hindia Belakang, Indonesia hingga
pulau-pulau di Samudera Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan Mesolitikum
yang belum di asah (pebbles).
2. Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang
memiliki kebudayaan yang lebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
3. Bangsa Austronesia, merupakan percampuran dari
bangsa Melanesoid dan Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini tersebar ke seluruh
Kepulauan Indonesia.
B. BUDAYA DONG
SON
o Kebudayaan
Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara. Daerah ini
merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Di daerah ini ditemukan
segala macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari masa
itu. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan tempat penyelidikan yang
pertama.
o Diperkirakan
kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM. Bertempat di kawasan
Sungai Ma, Vietnam
o Di daerah
tersebut pada tahun 1920 ditemukan alat-alat perunggu diperkirakan berkaitan
dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya Cina, dan berbagai tempat di
Indonesia. Meskipun benda-benda perunggu telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri
atas kapak corong (corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan
tangkai atau pegangannya) dan ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombok
bertangkai, mata panah, dan benda-benda kecil lainnya.
o Kebudayaan
Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil kebudayaan perunggu,
nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di Selayar, Sulawesi
Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di daerah Pejeng. Nekara
merupakan perlengkapan upacara persembahan yang dilakukan masyarakat prasejarah,
dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan dan
kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang bentuknya lebih kecil) ditemukan
di Pulau Alor. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia merupakan salah
satu bagian dari kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
o Kurang lebih 56
Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara
ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan.
o Nekara yang
penting ditemukan di Indonesia adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang
dekat Sumbawa dengan hiasan gambar orang-orang berseragam menyerupai pakaian
dianasti Han (Cina)/ Kushan (India Utara)/ Satavahana (India Tengah)
o Selain nekara
ditemukan juga benda-benda perunggu lainnya seperti patung-patung,
peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun perhiasan-perhiasan.
o Bagi Indonesia penemuan benda kebudayaan Dong
Son sangat penting. Hal ini dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan
di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son, bukan mendapat
pengaruh budaya logam dari Cina maupun India.
o Hal ini terlihat
dari kesamaan corak hiasan dari bahan-bahan yang digunkan. Contoh: Nekara
Tipe Heger I memiliki kesamaan dengan nekara yang paling bagus dan tua di
Vietnam, dimana nekara ini memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar
bergambar manusia, hewan dan pola geometris.
o Dari penemuan
benda budaya Dong Son diketahui cara pembuatannya dengan menggunakn teknik
cetak lilin.
o Masa ini telah
terjadi tukar menukar dan perdagangan antar masyarakat dengan alat-alat gerabah
dari perunggu sebagai komoditi barter. Selain itu, sebagai objek dari simbol
kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib.
o Kebudayaan
Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur Barat yaitu Semenanjung Malaya.
Pembawa kebudayaan ini adalah bangsa Austronesia.
o Pendapat tentang
kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap:
- Zaman Neolithikum, berlangsung kurang
lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi
- Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500
SM, merupakan kebudayaan kapak sepatu, nekara, dan candrasa.
o Penyebaran
kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan terbaginya kebudayaan di Indonesia
menjadi 2, yaitu:
- Kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) di
Masyarakat Dayak Pedalaman
- Kebudayaan Melayu Muda (Deutero Melayu)
di masyarakat Bali Aga dan Lombok
C. BUDAYA SA
HUYNH
Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun
600 SM-1 M.
Pada dasarnya merupakan kebudayaan yang mirip dengan
Kebudayaan Dongson. Karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa
Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son.
Budaya Sa Huynh ditemukan di kawasan
pantai Vietnam Tengah ke Selatan
sampai lembah sungai Mekong.
Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan
didukung oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia (Cham)
yang diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.
Orang-orang Cham pernah mengembangkan peradaban yang
dipengaruhi oleh budaya India Champa tetapi akhirnya dikalahkan oleh penduduk
Vietnam sekarang yang hanya merupakan kelompok minoritas hingga sekarang.
Orang-orang Cham merupakan kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat
yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur
tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut
adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia
sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya
yang lain.
Kebudayaan
dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa Huynh memiliki persamaan
dengan tempayan kubur yang ditemukan di Laut Sulawesi.
Kebudayaan Sa Huynh yang ditemukan meliputi berbagai
alat yang bertangkai corong seperti sikap, tembilang, dan kapak. Namun ada pula
yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin,
dan gelang berbentuk spiral.
Teknologi pembutan peralatan besi yang diperkenalkan
ke daerah Sa Huynh berasal dari daerah Cina. Benda perunggu yang ditemukan di
daerah Sa Huynh berupa beberapa perhiasan, seperti gelang , lonceng, dan
bejana-bejana kecil. Ditemukan pula manik-manik emas yang langka dan kawat
perak serta manik-manik kaca dari batu agate bergaris dan berbagai manik-manik
Carnelian (bundar, berbentuk cerutu). Ditemukan alat-alat dari perunggu seperti
bejana kecil, selain itu terdapat gelang-gelang dan perhiasan-perhiasan
Meskipun hubungan langsung dengan pusat-pusat
pembuatan benda-benda perunggu di daerah Dong Son sangat terbatas terbukti
dengan penemuan 7 buah nekara tipe Heger I di daerah Selatan Vietnam dari 130
nekara yang berhasil ditemukan hingga tahun 1990.
·Benda-benda perunggu yang tersebar ke wilayah
Indonesia melalui 2 jalur, yaitu:
a. Jalur darat :
Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia
b. Jalur laut : Menyeberang
lautan dan terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia
D. BUDAYA INDIA
ü Orang India menyebarkan
kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta dan Tamil
yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
ü Pada abad 1-5 M di Indonesia
muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada daerah yang dekat dengan jalur
perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya
orang Indonesia ikut dalam kegiatan perdagangan sehingga Indonesia menjadi
pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk pedagang India.
ü Hal ini menyebabkan masuknya
pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia.
Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang akhirnya memeluk agama Hindu-Budha
serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh India
seperti Kutai, Tarumanegara, dsb.
ü Transfer kebudayaan India merupakan
tahapan terakhir dari masa budaya pra sejarah setelah tahun 500 SM.
Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu jalur maritim melalui kawasan
Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut kemudian lebih dikenal dengan
jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan manik-manik berbahan kaca dan
serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf Brahmi.
ü Kebudayan Indonesia pada
zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur perdagangan antara dua pusat
perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Hubungan perdagangan Indonesia-India
jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan Indonesia-Cina. Dimana
hubungan perdagangan Indonesia India telah terjalin sejak awal abad 1 M.
Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran
kebudayaan. Penyebaran budaya India
tersebut menyebabkan:
a. Tersebarnya agama
Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
b. Dikenalnya sistem
pemerintahan kerajaan
c. Dikenalnya bahasa
Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zaman sejarah bagi
masyarakat kepulauan Indonesia
d. Budaya India tersebut
meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia
terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.
Kebudayaan India yang memegang peranan penting dalam
perkembangan masyarakat prasejarah menjadi masyarakat sejarah.
Pengaruh Indonesia yang sampai India :
1. Perahu bercadik milik bangsa Indonesia mempengaruhi
penggunaan perahu bercadik di India Selatan (Menurut Hornell)
2. Kelapa asli dari Indonesia yang dijadikan barang
perdagangan hingga samapai di India.
Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat dengan
adanya:
1.
Arca Buddha
dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang memperlihatkan langgam seni
Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM).
2.
Selain itu
ditemukan arca sejenis di daerah Jember, Jawa Timur, dan daerah Bukit
Siguntang, Sumatera Selatan.
3.
Ditemukan arca
Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca Gunahasa, di India Utara.
Pengaruh Budaya
India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di
Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini
dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa
Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan
pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam
kebudayaan Indonesia tampak pada:
· Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan
tampak pada bentuk bangunan candi.
Di India, candi merupakan kuil untuk
memuja para dewa dengan bentuk stupa.
Di Indonesia, candi selain sebagai tempat
pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu
jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut
terhadap sang raja.
Contohnya:
Ø Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat
Anusapati di perabukan.
Ø Candi Jago (di Malang), merupakan tempat
Wisnuwardhana di perabukan.
Ø Candi Singosari (di Malang) merupakan
tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya
didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang
dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan
candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu
bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada
bangunan candi Borobudur.
· Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni
rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang
dipahatkan pada bagian dinding candi.
Sebagai contoh: relief yang
dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha
tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia.
Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang
menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
· Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada
hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan
hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang,
cincin, manik-manik.
· Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis
yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia
telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa
yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak
prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di
Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang
dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut
yang ada di Malang.
· Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis seni
sastrapun mulai berkembang dengan pesat.
Seni sastra berbentuk prosa dan tembang
(puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama
kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan
tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab
wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai
masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti
Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata
sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah
India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha
yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra,
terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan
seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak
mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan
wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan
muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan
Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.
2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di
suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala
suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang
senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu ,
termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem
pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja
secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana
raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di
Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak
ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam,
raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.
3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di
Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat
Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi
perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai
adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau
undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu
masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia
juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan
sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan
kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)
4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia,
masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh
nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan
Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama
Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan
agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini
tampak pada fungsi candi di Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
*Terdapat 2 jalur penyebaran ke tiga kebudayaan
tersebut:
1. Jalur barat, dengan
peninggalan berupa kapak persegi
2. Jalur Timur, dengan
ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Pada zaman perunggu, kapak
lonjong ditemukan di Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.
*Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan
Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan
Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di
Sumatera letaknya di daerah Lhokseumawe dan Medan.
*Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui
berbagai hasil kebudayaan perunggu, nekara, dan alat besi.
*Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat dengan
adanya:
Arca Buddha dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi
Selatan, yang memperlihatkan langgam seni Amarawati (India Selatan pada Abad
2-5 SM).
Selain itu ditemukan arca sejenis di daerah Jember,
Jawa Timur, dan daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan.
Ditemukan arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni
arca Gunahasa, di India Utara.
*Kebudayaan Sa Huynh yang ditemukan meliputi berbagai
alat yang bertangkai corong seperti sikap, tembilang, dan kapak. Namun ada pula
yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin,
dan gelang berbentuk spiral.
Sumber : http://deyeshare.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar